Rengginang: Cerita Panjang dari Dapur ke Dapur Anak Bangsa

Rengginang

Halo, Sahabat Jajandikit!
Kalau kamu pernah mencicipi kerupuk tebal yang renyah, berbentuk bulat, dan terasa gurih khas ketan—kemungkinan besar itu adalah rengginang. Camilan ini bukan sekadar teman minum teh, tapi juga menyimpan cerita panjang dari dapur-dapur tradisional di berbagai penjuru Nusantara.


Apa Itu Rengginang?

Rengginang adalah sejenis kerupuk tradisional yang dibuat dari beras ketan, bukan dari tepung seperti kebanyakan kerupuk lainnya. Beras ketan dikukus, diberi bumbu, lalu dibentuk bulat pipih dan dijemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah benar-benar kering, rengginang digoreng dalam minyak panas hingga mekar dan renyah sempurna.

Yang menarik, tidak seperti kerupuk berbahan dasar adonan halus, camilan ini mempertahankan bentuk asli butiran ketan. Ini yang memberikan tekstur khas dan keunikan saat digigit—renyah di luar, tapi tetap terasa “berisi” di dalam.

Baca Juga: Jajanan Tradisional Indonesia


Rengginang dalam Sejarah dan Budaya

Ternyata, rengginang bukan camilan baru, lho! Penganan ini sudah terdokumentasi sejak abad ke-18 dalam naskah Serat Centhini (Serat Centhini VI: 358:17), salah satu karya sastra kuno Jawa yang banyak mencatat tradisi kuliner dan kehidupan masyarakat Jawa masa lampau. Jadi, bisa dibilang camilan ini adalah bagian dari sejarah kuliner Nusantara yang lestari hingga hari ini.


Etimologi: Asal Kata “Rengginang”

Dalam bahasa Jawa, kata “rengginang” ditulis sebagai ꦉꦁꦒꦶꦤꦁ (rêngginang). Penyebutan ini menegaskan akar budaya camilan ini berasal dari masyarakat Jawa, meskipun kini telah dikenal luas hingga ke berbagai daerah di Indonesia.


Varian Lokal

Setiap daerah di Indonesia punya versi dan penyebutan sendiri untuk rengginang atau camilan sejenis. Berikut beberapa varian lokal yang menarik untuk kamu ketahui:

  • Batiah (Sumatera Barat)
    Di Payakumbuh, Sumatera Barat, camilan serupa disebut batiah, yang juga berbahan dasar beras ketan dan dibuat dengan teknik yang mirip rengginang.
  • Intip Goreng (Jawa Tengah)
    Intip adalah kerak nasi yang menempel di dasar dandang atau penanak nasi. Setelah dijemur dan digoreng, intip menjadi camilan renyah. Intip biasanya lebih besar karena dicetak langsung dari dasar wadah masak.
  • Kerupuk Puli (Jawa Timur)
    Kerupuk puli merupakan bentuk rengginang lokal, kadang juga disebut rengginang terasi karena menggunakan bumbu terasi yang kuat.
  • Rengginang Lorjuk (Madura)
    Salah satu varian unik yang berasal dari Madura ini menggunakan lorjuk, yaitu kerang laut pipih yang bentuknya menyerupai pisau kecil. Lorjuk dimasukkan ke tengah rengginang sebelum dijemur, menciptakan rasa laut yang khas.
  • Renggining (Jawa Barat)
    Di beberapa wilayah Jawa Barat, camilan sejenis yang terbuat dari singkong (gaplek) disebut renggining. Meskipun bahan dasarnya berbeda, proses dan bentuknya hampir serupa.
  • Rangining
    Jika menggunakan nasi sisa yang dikeringkan dan bukan dari ketan, maka hasilnya disebut rangining.
rengginang ketan hitam
Rengginang Ketan Hitam

Bumbu dan Rasa: Tak Sekadar Asin

Rengginang tidak hanya satu rasa. Meski versi klasiknya hanya dibumbui garam dan bawang putih, kini muncul banyak kreasi rasa baru:

  • Asin Gurih (Original)
    Rasa paling umum dan paling disukai, cocok dinikmati kapan saja.
  • Manis Gula Merah
    Rengginang dibumbui gula kawung atau gula merah saat proses pengeringan. Hasilnya: camilan renyah dengan rasa legit.
  • Rasa Terasi
    Populer di Jawa Timur, varian ini menggunakan terasi sebagai bumbu utama. Aromanya tajam dan menggoda.
  • Rengginang Kencur
    Menggunakan tambahan kencur, yang memberi rasa khas herbal yang segar.
  • Rasa Udang atau Lorjuk
    Selain sebagai topping, udang kering dan lorjuk juga bisa dicampur dalam adonan ketan untuk memberikan rasa laut alami.
  • Tanpa Bumbu (Plain)
    Untuk penikmat rasa original, rengginang juga bisa dinikmati tanpa tambahan bumbu apa pun. Hanya gurih dari ketan dan minyak goreng.

Rengginang vs Kerupuk Lain

Perbedaan utama rengginang dengan kerupuk lain adalah pada bahan dan teksturnya. Jika kerupuk biasanya dari tepung tapioka atau biji melinjo yang dihaluskan, rengginang mempertahankan butiran ketan utuh. Hasilnya? Lebih padat, lebih berisi, dan punya sensasi “nyemil” yang berbeda.


Rengginang bukan sekadar camilan, tapi juga simbol kekayaan kuliner tradisional Indonesia. Dari Jawa hingga Sumatera, dari bentuk sederhana hingga yang dilengkapi lorjuk, camilan selalu punya tempat di hati masyarakat.

Yuk, lestarikan camilan lokal ini! Kalau kamu punya resep turun-temurun, cerita masa kecil tentang rengginang, atau rekomendasi tempat beli rengginang terenak di daerahmu, share di komentar ya, Sahabat Jajandikit!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *