Kebiasaan Belanja Gen Z, Harus Gaya, Etika, dan Cepat

Online shopping business

Generasi Z atau Gen Z. Mereka yang lahir di antara tahun 1997 hingga 2012 telah menjadi kekuatan besar dalam dunia belanja, khususnya di Indonesia. Mereka adalah generasi yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan smartphone. Gak heran kalau kebiasaan belanja Gen Z Indonesia jauh berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.

Belanja buat Gen Z bukan cuma soal kebutuhan, tapi juga soal identitas, nilai hidup, dan… yes, estetik! Mereka sangat sadar akan apa yang mereka beli, kenapa mereka beli, dan bagaimana belanja itu mencerminkan siapa mereka. Yuk, kita bahas satu per satu kebiasaan belanja Gen Z Indonesia yang menarik untuk dipahami, baik oleh sesama Gen Z maupun oleh brand yang ingin menjangkau mereka!

kebiasaan belanja gen z

Belanja Online Bukan Tren, Tapi Rutinitas

Gen Z Indonesia sangat nyaman dengan dunia digital. Mereka lebih suka membeli barang lewat e-commerce dan platform sosial seperti TikTok Shop atau Instagram dibandingkan harus pergi ke toko fisik. Kepraktisan dan kecepatan menjadi alasan utama.

Menurut laporan We Are Social 2024, 82% dari Gen Z Indonesia melakukan pembelian secara online minimal satu kali dalam seminggu. Mulai dari skincare, makanan ringan, sampai outfit, semuanya tinggal “add to cart.”

Mereka juga punya strategi: bandingin harga dulu, baca review, lihat rating toko, cek ulasan real dari pengguna, baru beli. Jadi, meskipun impulsif, Gen Z tetap pintar dalam memilih.

Visual Adalah Segalanya

Kebiasaan belanja Gen Z Indonesia lainnya adalah soal tampilan produk itu penting banget buat Gen Z. Mereka terbiasa menilai sesuatu dari visual. Feed Instagram yang rapi, thumbnail TikTok yang catchy, atau foto produk yang estetik bisa langsung menarik perhatian.

Produk yang dikemas dengan visual yang biasa-biasa aja, bahkan meskipun kualitasnya bagus, bisa kalah saing. Sebaliknya, produk dengan packaging lucu, warna pastel, atau tone yang konsisten sering kali jadi viral, walaupun mungkin isinya sederhana.

Baca Juga:  6 Siomay Enak di Cibinong: Prikitiew, Kang Ian, Aisha, Hingga Alam Sari!

Jadi, buat kamu yang punya usaha: pikirkan konsep visual dengan serius. Gen Z bukan cuma beli barang, mereka beli pengalaman visual.

Etika dan Keberlanjutan Makin Jadi Pertimbangan

Gen Z peduli pada isu lingkungan, keadilan sosial, dan keberlanjutan. Mereka lebih tertarik membeli produk dari brand yang punya misi jelas, seperti bebas kekejaman hewan, ramah lingkungan, lokal, dan memberdayakan komunitas menjadi salah satu syarat kebiasaan belanja Gen Z Indonesia.

Hal ini terlihat dari tren thrifting dan preloved yang kian populer di kalangan Gen Z. Banyak dari mereka lebih suka membeli pakaian secondhand demi mengurangi limbah fashion. Bahkan, ada yang bangga beli baju di pasar loak dan meng-custom ulang agar makin unik!

Personalisasi Itu Nilai Tambah

Gen Z ingin tampil beda. Mereka suka produk yang bisa dikustomisasi sesuai kepribadian mereka. Dari casing HP dengan inisial nama, parfum racikan pribadi, hingga sepatu handmade yang bisa di-desain sendiri, semua itu menarik bagi mereka.

Mereka ingin punya “barang aku banget,” bukan “barang yang semua orang punya.” Personalisasi bikin produk terasa lebih eksklusif dan bermakna.

Belanja Berbasis Komunitas

Gen Z sangat aktif di komunitas, baik komunitas online seperti fandom K-pop, komunitas gaming, hingga komunitas lokal di Instagram atau Discord. Rekomendasi dari teman komunitas bisa sangat kuat, bahkan lebih dipercaya dibandingkan iklan brand.

Contohnya, ketika satu produk viral di TikTok karena direkomendasikan dalam komunitas tertentu, Gen Z akan cepat ikut beli. Mereka menyukai rasa kebersamaan dan rasa “ikut tren” di dalam grup tersebut.

Belanja jadi seperti event sosial, bukan aktivitas individual.

Harus Serba Cepat, Nggak Boleh Lama

Gen Z terbiasa dengan kecepatan. Layanan lambat, loading lama, atau CS yang slow response bisa langsung membuat mereka kabur. Kebiasaan belanja Gen Z Indonesia juga adalah berharap semua hal yang mereka beli menjadi instan. Mulai dari proses checkout, konfirmasi pembayaran, sampai pengiriman barang.

Baca Juga:  Fakta Menarik JakCloth Goes To Cibinong, 10-18 Mei 2025

Makanya, layanan seperti same-day delivery atau pengiriman instan lewat kurir instan sangat populer di kalangan Gen Z. Begitu juga dengan kemudahan bayar lewat e-wallet atau QRIS, harus cepat, aman, dan tanpa ribet.

Harga Penting, Tapi Nilai Lebih Penting

Meski cerdas secara finansial, Gen Z tidak selalu mencari harga termurah. Mereka lebih menghargai produk yang punya “nilai tambah.” Bisa berupa desain unik, kualitas tinggi, nilai sosial, atau cerita menarik di balik produk tersebut.

Mereka juga cukup jeli dengan diskon dan promo. Voucher, cashback, atau flash sale tetap mereka incar. Tapi keputusan akhir tetap kembali ke pertanyaan: “Worth it gak sih?”

Pengaruh Influencer Sangat Kuat

Rekomendasi dari influencer, terutama micro-influencer yang relatable dan jujur, punya pengaruh sangat besar terhadap keputusan belanja Gen Z. Mereka lebih percaya pada “review jujur” dibandingkan iklan langsung.

Influencer jadi seperti sahabat digital: apa yang mereka pakai, makan, dan rekomendasikan bisa langsung menginspirasi pembelian.

Brand pun kini berlomba menggandeng creator yang sesuai dengan niche dan karakter target Gen Z, bukan hanya yang followers-nya banyak.

Gen Z Bukan Cuma Konsumen, Tapi Kurator Gaya Hidup

Gen Z Indonesia adalah generasi yang sadar, cerdas, dan penuh selera dalam hal belanja. Mereka nggak asal pilih, nggak gampang terpengaruh gimmick, dan sangat peka dengan tren serta nilai-nilai hidup.

Buat kamu yang ingin menjangkau Gen Z, baik sebagai brand, content creator, atau bahkan penjual online kecil, pahami dulu cara pikir mereka. Karena buat Gen Z, belanja bukan sekadar aktivitas ekonomi. Itu adalah bagian dari self-expression, self-care, dan self-worth.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *