Kue Putu, Jajanan Nusantara yang Tak Lekang Oleh Zaman

Kue Putu bambu or Indonesian Putu bamboo Cake #image_title

Kalau kamu pernah mendengar suara khas “tuuuutt…” dari ujung gang malam-malam, kemungkinan besar itu suara uap dari pipa bambu yang menyemburkan aroma pandan dan gula merah. Ya, itu dia kue putu, jajanan nusantara legendaris yang tidak hanya mengenyangkan perut tapi juga menghangatkan kenangan.

Jajanan nusantara ini seolah hidup dari romantisme: disajikan hangat, dibungkus daun pisang atau kertas minyak, dan datangnya dari gerobak sederhana yang ditarik pelan di jalanan kampung. Tapi, jangan salah. Di balik kesederhanaan kue putu, ada sejarah, budaya, dan rasa yang layak diabadikan.


Apa Itu Kue Putu?

Kue Putu adalah jajanan tradisional khas Indonesia yang terbuat dari:

  • Tepung beras yang dikukus di dalam tabung bambu kecil,
  • Diisi gula merah,
  • Dihidangkan dengan taburan kelapa parut kukus.

Biasanya berwarna hijau alami dari daun pandan atau suji, dan disajikan hangat-hangat dari gerobak keliling. Begitu digigit, teksturnya lembut, hangat, manis dan wangi pandan langsung menyapa lidah.

Satu bungkus kue putu, bisa bikin malam terasa jauh lebih bersahabat.


Jejak Sejarah Kue Putu: Dari Versi India, Tiongkok, Hingga Serat Centhini

India: Puttu Sang Leluhur

Banyak ahli kuliner menduga, kue putu ini asal-usulnya dari India Selatan, bernama “Puttu”. Puttu adalah makanan kukus yang terbuat dari tepung beras dan parutan kelapa, dikukus dalam tabung bambu. Kedengarannya? Mirip banget sama kue putu kita.

Kue ini bahkan sudah tercatat dalam literatur India sejak abad ke-15. Sementara di Nusantara, jejak kue serupa baru mulai muncul di abad ke-18, dan baru tercatat resmi dalam tulisan pada tahun 1814. Ada kemungkinan besar, putu masuk ke Indonesia lewat jalur perdagangan maritim yang sibuk saat itu.

Versi Tiongkok: Xian Roe Xiao Long, Nenek Moyang Putu?

Selain India, ternyata Tiongkok juga punya kudapan yang mirip dengan kue putu, lho. Dalam catatan Dinasti Ming, dikenal sejenis makanan bernama “Xian Roe Xiao Long” – kue berbahan dasar tepung beras dengan isi kacang hijau lembut, dan dikukus di dalam cetakan bambu.

Teknik mengukus dalam bambu ini khas banget budaya Asia Timur, dan ketika dibawa ke Nusantara, mungkin saja berasimilasi dengan bahan lokal (gula aren dan kelapa), lalu jadi bentuk yang kita kenal sekarang sebagai putu.

Versi Jawa: Puthu dalam Serat Centhini

Nah, kalau kita tarik benang sejarah Nusantara, kue putu sebagai jajanan nusantara ini juga punya jejak literer dalam teks kuno Serat Centhini, sebuah ensiklopedia budaya Jawa yang ditulis pada tahun 1814 di masa kerajaan Mataram.

Dalam naskah tersebut, dikisahkan Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyajikan sarapan, salah satu menunya adalah serabi dan “puthu”. Ini menjadi salah satu catatan awal yang menandakan putu adalah bagian dari budaya kuliner Jawa sejak lama, terutama sebagai kudapan pagi hari.

Baca Juga: Ragam Jajanan Tradisional Nusantara

Kenapa Kue Putu Dibuat?

Kue Putu jajanan nusantara

Sama seperti klepon, kue putu juga bukan sekadar jajanan — tapi ia lahir dari alasan kultural dan fungsional:

Mudah Dibuat dengan Alat Sederhana

Hanya butuh bambu, kukusan, dan panci uap. Cocok untuk pedagang keliling yang ingin jualan fleksibel dan bergerak.

Murah & Ramah Bahan Lokal

Tepung beras, kelapa, dan gula aren — semua bahan lokal yang mudah ditemukan di pasar mana pun.

Hidangan Hangat di Malam Hari

Biasa dijajakan sore hingga malam oleh pedagang yang berkeliling menggunakan gerobak dorong atau dipanggul. Kehangatan uapnya bikin badan tenang, cocok disantap sebelum tidur.

Punya Nilai Simbolis

Bambu = kekuatan alam
Uap = transformasi
Isian manis = harapan hidup yang baik


Kapan Biasanya Orang Makan Kue Putu?

Jajanan nusantara ini umumnya dijajakan mulai sore hingga malam hari, terutama:

  • Jam 16.00–22.00
  • komplek perumahan
  • Jalan kampung
  • Pinggir jalan ramai
  • Saat acara-acara budaya

Dan entah kenapa, kue putu sebagai jajanan nusantara lebih nikmat saat malam tenang, lampu temaram, dan suara uap yang mendesah lirih dari gerobak.


Siapa Saja yang Suka Kue Putu?

Jawabannya: hampir semua orang Indonesia menyukai jajanan ini, terutama:

  • Orang tua dan lansia yang rindu jajanan masa kecil
  • Anak muda yang penasaran makanan tempo dulu
  • Pecinta street food tradisional
  • Diaspora Indonesia di luar negeri yang sedang kangen rasa kampung halaman

Dimana Bisa Menemukan Kue Putu?

Meski makin langka, jajanan nusantara ini masih bisa ditemukan di:

  • Pedagang keliling di malam hari
  • Pasar malam / kuliner tradisional
  • Warung kopi & angkringan
  • Online (GoFood, ShopeeFood) — kalau beruntung!

Fakta menariknya adalah di beberapa daerah, kue putu dijual berpasangan dengan putu mayang (yang pakai bihun), dan sering dianggap sebagai satu “keluarga” dalam dunia jajanan nusantara tradisional.


Resep Kue Putu: Bikin Sendiri di Rumah Yuk!

Kue Putu Jajanan Nusantara
Kue Putu

Bahan:

  • 100 ml air pandan (daun pandan + suji)
  • 250 gram tepung beras
  • 100 gram gula merah serut
  • 100 gram kelapa parut (kukus dengan sejumput garam)
  • Cetakan bambu kecil / cetakan kue putu
  • Sedikit garam

Cara Membuat:

  1. Campur tepung beras dengan sedikit air pandan, aduk rata hingga berbutir halus.
  2. Masukkan setengah adonan ke dalam cetakan, tambahkan gula merah serut di tengah, lalu tutup lagi dengan adonan.
  3. Kukus di dalam panci uap ±10–15 menit sampai matang.
  4. Sajikan dengan kelapa parut di atasnya.

💡 Tips:

  • Pakai cetakan bambu asli supaya tercium aroma yang dihasilkan maksimal
  • Sajikan hangat untuk pengalaman paling autentik

Kue Putu: Sepotong Kenangan dalam Bambu

Kue putu adalah contoh sempurna bahwa makanan bisa jadi time machine. Sekali gigit, kamu bisa terseret ke kenangan masa kecil: duduk di depan rumah, sambil menunggu abang lewat dengan membawa suara uap yang mendenging, dan menikmati potongan hangatnya satu persatu.

Jajanan ini mengajarkan kita bahwa makanan tak selalu soal plating cantik, tapi lebih pada rasa, suasana bahkan kenangan. Meskipun dunia berubah dengan sangat cepat, kue putu tetap datang dengan perlahan membawa denging suara “tuuuttt” aroma manis dari masa lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *